Jln. Bireuen - Takengon, Km. 10 +62812-1414-4146 ponpesmodernalzahrah@gmail.com

LATAR BELAKANG LAHIRNYA AL ZAHRAH.

Pada tahun 1997 Bapak H. Tarmizi Karim, Bupati Kabupaten Aceh Utara pada waktu itu, meminta H. Subarni (Pengusaha di Bireuen) supaya mengelola suatu yayasan yang bernama Yayasan Awe Geutah (lembaga pendidikan pesantren) yang bercorak tradisional.

Pada awalnya H. Subarni enggan mengelola yayasan pendidikan tersebut. Tetapi setelah disampaikan kepada Almarhum H. Rusli (sahabat karib H. Subarni) permintaan Bupati tersebut, langsung H. Rusli menyatakan terima saja dan nanti saya akan mengurusnya, tapi tolong sampaikan kepada yang amat terpelajar Prof. Dr. HM Haballah Thaib, MA (Pimpinan Pesantren Darul Arafah Medan) agar beliau ikut serta bersama kita duduk dalam pendiri dan Pembina yayasan tersebut.

Karena desakan H. Rusli tersebut, maka akhirnya H. Subarni menerima tawaran H. Tarmizi Karim, Bupati Aceh Utara waktu itu. Selanjutnya H. Subarni merubah Yayasan Pesantren Awe Geutah yng sudah terbengkalai menjadi Yayasan Pendidikan Az-Zahrah (nama yang diberi oleh Prof. Dr. HM Haballah Thaib, MA) untuk mengabadikan nama putri Rasul yang bernama Fathimah Al-Zahrah.

Selanjutnya Bapak H. Subarni menetapkan tidak boleh ada seorang pun pejabat yang duduk dalam pengurus yayasan danpengelola pendidikan, dan syarat itu diterima oleh Bapak Bupati H. Tarmizi Karim.

Setelah Prof. Dr. HM Haballah Thaib, MA kembali ke Bireuen sekaligus mengisi ceramah di PT. Arum, Bapak Subarni dan Alm. H. Rusli mengadakan rapat menentukan nama-nama pendiri dan pembina Yayasan Pendidikan Al-Zahrah Bireuen untuk diaktakan di Notaris.

Adapun nama-nama tokoh tersebut adalah:

  1. H. Subarni
  2. H. Rusli (Almarhum)
  3. Prof. Dr. HM Haballah Thaib, MA
  4. Zainuddin Daud
  5. H. Zainal Abidin Mahmud
  6. Drs. Bachtiar Abdulah (Almarhum)
  7. H. Syamaun Arifin (Almarhum)

Sebagai dasar modal pertama untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan, H. Subarni menyerahkan uang sebanyak Rp. 600.000.000 (Enam Ratus Juta Rupiah), dana sebanyak 600 juta cukup banyak untuk ukuran tahun 1997 sama dengan 3,5 Milyar masa sekarang bila dinilai dengan harga dolar AS.

Gebrakan selanjutnya Prof. Dr. HM Hasballah Thaib, MA mengirim ustadz Khairil S.Ag sebagai Direktur Al-Zahrah sekaligus, Direktur memilih wakilnya dan Majelis Guru.

Khairil adalah alumni Pesantren Gontor Modern Jawa Timur yang pernah mengabdi di Pesantren Terpadu Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe.

Tujuh orang Pendiri Al-Zahrah sepakat menyatakan bahwa Al-Zahrah adalah milik umat yang wajib dikelola oleh mereka yang professional dalam bidangnya. Pada tahun 1999 Direksi Al-Zahrah mulai menerima murid/santri baru.

Semua mereka yang diterima di tahun pertama sebanyak 60 orang, 50 orang dari 60 itu adalah anak-anak korban dari Daerah Operasi Militer dari daerah terpencil di Aceh, hanya 10 orang saja yang membayar, sedang 50 orang murid lainnya sampai kelulusan mereka tidak dikutip bayaran karena sudah ditanggung H. Subarni dari dana enam ratus juta rupiah tersebut.

Setelah tahun kedua dan ketiga para santri mulai banyak maka terjadilah subsidi silang.

H. Subarni berkali-kali membuat pernyataan bahwa Al-Zahrah berada diatas dan untuk kepentingan umat Islam, bukan satu Oraganisasi atau Politik tertentu.

Keuntungan yang didapat dari pengelolaan Al-Zahrah hanya boleh digunakan untuk pengembangan Al-Zahrah dan kesejahteraan guru dan pegawai Al-Zahrah atau anak-anak miskin yatim dan cerdas di Bireuen.

Harapan para pendiri Al-Zahrah, nanti akan ada dari alumni di Al-Zahrah yang memimpin, diutamakan sekali dari putra putri Bireuen. Prof. Dr. HM Hasballah, MA pernah mengatakan: batu demi batu di bawah terik matahari Almarhum H. Rusli dkk mendirikan Al-Zahrah untuk menyiapkan generasi emas yang akan menjadikan Bireuen dan Aceh sebagai Baldatun Thayyibah.

Lokasi Pesantren Modern Al-Zahrah terletak di desa Beunyot Kecamatan Juli Bireuen. Luas lokasi sekitar 10 Hektar. Sebagaian diperuntukkan untuk lokasi kampus dan sebagian lagi sudah ditanam sawit untuk kesejahteraan guru dan pegawai.

Bapak H. Subarni sering mengatakan: pada Prof. Dr, HM Hasballah MA inilah yang dapat kita tinggalkan untuk masyarakat Bireuen. Prof. Dr. HM Hasballah MA menjawab Bang Subar panjangkan usia dengan beramal di Al-Zahrah, Allah akan membalas dari jalan yang lain.

Tidak ada seorang pun yang dapat membantah bahwa Almarhum H. Rusli adalah pendiri yang sangat berjasa dalam membesarkan Al-Zahrah. Setelah Alm. H. Rusli menghadap Khaliknya, hanya Bapak Zainuddin Daud yang dapat diharapkan, karena para pendiri lain cukup sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing di Aceh dan luar Aceh

Komunikasi antara para pendiri Al-Zahrah cukup lancar dan harmonis karena semata-mata untuk kejayaan Al-Zahrah di masa depan

Sampai saat ini Al-Zahrah terus berkembang dengan santri mendekati 1200 orang, namun mereka tinggal di asrama, tentu setiap tahun membutuhkan tambahan local asrama putra dan putri, ditambah dengan fasilitas belajar lainnya

H Subarni bersama pengurus yayasan terus berfikir dan berusaha untuk menambah fasilitas belajar dan perumahan untuk majelis guru yang telah berkeluarga demikian juga dengan aula.

Kehadiran Al-Zahrah di Kecamatan Juli, Bireuen memberi berkah bagi Pemda Bireuen dan masyarakat sekitar, karena baru kali ini masyarakat Bireuen mengenal sistem pendidikan modem dengan komunikasi memakai bahasa Arab dan Inggris.

Santri terbanyak berasal dari Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara dan Bireuen sekitarnya. Suatu saat pengurus yayasan berharap setiap Kabupaten di Provinsi Aceh akan ada dutanya di Al-Zahrah Pengurus Yayasan dan Majelis Guru sangat yakin dengan pepatah Arab yang menyatakan. Setiap yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.